Berapa Banyak Meminjam untuk Dirikan Bisnis?
Bagi Anda yang masih berusia muda dan
memiliki pekerjaan, mendapatkan kredit untuk berbisnis mungkin akan
terasa lebih mudah karena lebih bankable (leebih memenuhi
persyaratan kredit bank), tetapi bagaimana jika Anda adalah seorang
karyawan yang akan memasuki usia pensiun dan ingin memulai sebuah bisnis
untuk menunjang kehidupan di masa tua? Apakah masih memungkinkan untuk
berbisnis di usia yang tak muda lagi?
Sebagian orang mungkin terpaksa
menggunakan rumah atau properti yang ia huni sebagai jaminan dan/ atau
menggunakan surat-surat berharga atau hal lain yang bernilai tinggi
untuk modal awal membangun usaha.
Opsi lain ialah dengan meminjam alias
berutang pada pihak lain. Terdapat rasio keuangan yang disebut dengan
multiplier atau pengganda ekuitas yang cukup sederhana untuk
dikalkulasikan dalam komputer. Anda bisa menghitung sebagai berikut: Aset Total :Ekuitas (Pemegang saham) Keseluruhan.
Ini merupakan pengukur berapa banyak sebuah perusahaan menggunakan
utang dalam pendanaan pemerolehan dan pemeliharaan aset yang ada.
Misalnya Anda memiliki aset total Rp 1 juta dan ekuitas total Rp 500
ribu. Maka diketahui multiplier ekuitasnya ialah adalah Rp 1 juta dibagi
Rp 500 ribu yang menghasilkan angka dua. Ini berarti bahwa perusahaan
mampu menggunakan utang untuk “menggandakan” kekuatan ekuitasnya sendiri
untuk menahan aset senilai Rp 1 juta. Dan karena rumusan dasar untuk
neraca keuangan ialah Aset = Utang + Ekuitas, makin tinggi utang yang
Anda gunakan, dengan syarat tingkat aset konstan, maka ada lebih sedikit
ekuitas yang dibutuhkan. Dan makin sedikit ekuitas yang diperlukan,
makin besar pula angka multiplier eukuitasnya.
Sebenarnya, jika Anda hanya menggunakan
utang untuk mendanai aset, multiplier ekuitas Anda akan “tak terbatas”
karena Anda membagi Aset Total dengan nol.
Utang adalah cara terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis, namun, jangan lupakan risiko penggunaannya.
Jika harus mendanai bisnis dengan utang,
arus kas juga harus teralokasikan untuk pembayaran bunga utang dan
melunasi utang pokok. Lebih lanjut, meski pengeluaran bunga ditunjukkan
dalam laporan keuangan, ia dibukukan sebagai pengeluaran
non-operasional. Ini berarti bahwa sebagian laba opeasional bersih Anda
akan dibagikan pada kreditur. Dan itu belum mencakup utang pokok yang
harus Anda lunasi. Akibatnya, ibaratnya Anda juga harus membagi laba
seperti memiliki mitra bisnis. Hanya saja bedanya ialah kali ini, mereka
menuntut pelunasan yang jumlahnya tetap ata suang pinjaman dari mereka
pada Anda.(*AP)
(sumber : www.ciputraentrepreneurship.com)