Kabar Hot

Ingin Dapat Omzet Rp9 Miliar? Coba Bisnis Ini

JAKARTA – Berawal melihat pilihan penganan yang tersedia di warung makan, Andi Ricki Rosali terinspirasi membuka peluang bisnis yang menjanjikan. Salah satu yang diperhatikan ketika setiap kali ke warung adalah pilihan terakhir para pembeli yang bingung memilih makanan, dan mereka pun menjatuhkan pilihannya pada lauk ayam.


"Saya melihat peluang, saya berpikir ketika masuk warung, ketika sudah mentok, sembilan dari sepuluh orang pasti belinya ayam. Market-nya di Jakarta enggak banyak, makanya saya lebih pilih ini," ungkapnya kepada Okezone.Dengan pertimbangan tersebut, mantan karyawan salah satu perusahaan kontraktor ini memilih menjadi pengusaha distribusi ayam broiler. Di bawah naungan Saung Group, Andi mendirikan Saung Ayam bersama dua karyawannya. Menurutnya, bisnis komoditas tidak akan pernah mati, terlebih lagi pangan.

"Komoditas enggak akan pernah mati, misal ayam, lele, karena banyak pengusaha pecel lele, pecel ayam di pinggir jalan, jadi kan umum," tuturnya.

Berbekal ilmu manajemen dan modal uang Rp34 juta, Andi mencari suntikan dana dari teman dan investornya. Bahkan, ia sempat berutang untuk mendirikan bisnis distibusi ayam ini.

"Enggak banyak (modal awal), sekira Rp500 juta modal awalnya, tapi waktu itu uang saya cuma Rp34 juta. Saya ngutang, saya undang investor masuk. Teman saya punya duit, saya yang kelola," cerita dia.

Pada permulaan Andi bisa mendistribusikan 800 ekor ayam dalam waktu tiga hari. Ketika itu ayam hanya didistribusikan di kawasan Kebayoran Lama.

"Setelah keluar dari pekerjaan, terus mentok pegang duit, akhirnya tanya rekan saya, akhirnya dibikin bisnis. Saya studi kelayakan di IPB ketemu temen saya akhirnya ayam saja," imbuh Andi.

Pilihannya jatuh pada ayam broiler dengan pertimbangan lebih cepat perputaran penjualannya jika dibandingkan ayam petelur yang membutuhkan waktu 3–4 bulan dari proses bertelur sampai penjualan.

Perjalanan bisnisnya tidak langsung mulus. Tiga-dua tahun pertama Andi selalu merasa rugi, rugi, dan rugi. Namun dengan kemampuan bertahannya, ia mampu bangkit.

"Usaha ini sudah hampir empat tahun, mau masuk tahun ketiga baru merasa untung. Enggak bikin kapok karena didukung naluri, sudah hobi. Tadinya enggak suka ayam, tapi karena setiap hari ketemu sama ayam jadi ya enjoy," terangnya.

Hingga sekarang Andi memasarkan 1.100 ekor ayam broiler per hari dengan omzet Rp25–Rp35 juta per hari. Jika dikalkulasi, omzet per tahun mencapai Rp9 miliar. Ayam yang didistibusikan dipasok dari Bogor, Tangerang, Bekasi, Sukabumi, dan Cianjur. Penyebarannya 80–90 persen ke pasar dan 10 persen langsung ke restoran. Keuntungan yang didapat sekira 6–8 persen dari total omzet.

Kepada Okezone dirinya mengatakan bahwa peluang bisnis ini sangat besar. Meskipun sudah banyak yang melakukan usaha pendistribusian ayam, Andi berpendapat bahwa masih banyak pasar yang berpeluang untuk dijamah.

"Ke depannya akan jauh lebih luas. Indonesia pasarnya luas, enggak akan ada matinya , apalagi ini komoditas pangan. Di mana-mana mentok makan ayam, mentok makan ayam. Lumayan banyak pebisnis distribusi ayam, tapi karena pasar Indonesia luas, jadi peluangnya besar," jelas pengusaha yang kini memiliki 12 karyawan itu. (wdi)

(Sumber : http://economy.okezone.com)