Bisnis Pepaya California, Korban Lapindo Ini Bisa Kuliahi 8 Anaknya
Sidoarjo -Ketekunan bisa membuat seseorang berhasil di
segala bidang apapun yang ditekuni. Misalnya warga Desa Kandangan RT 9/5
Kecamatan Krembung Kabupaaten Sidoarjo, Jawa Timur, sukses
membudidayakan pepaya california.
Adalah M Syifa (54), kini ia bisa menghidupi keluarganya, bahkan menyekolahkan anaknya ke jenjang perguruan tinggi.
Ia
menceritakan soal pengalamannya sejak kecil sudah menyukai cocok tanam.
Hampir semua tanaman buah dicobanya seperti blewah, ketimun emas.
Awalnya kegiatan bercocok tanamnya hanya untuk mengisi waktu luang, pria
dengan 8 anak ini sehari-harinya sebagai pengasuh santri.
Syifa
yang merupakan salah satu korban lumpur Lapindo asal Dusun Babatan Desa
Besuki Kecamatan Jabon ini, awalnya diejek tetangga karena gagal. Namun
kegagalan demi kegagalan tidak mengurangi semangatnya.
"Pernah
diejek tetangga karena menanam pepaya tidak bisa dijual dan harganya
juga murah. Keuntungan didapat dari mana," jelas M.Syifa saat ditemui
detikFinance di kebun pepayanya, Kamis (2/10/2014).
Kegagalan
justru membuat dirinya terus termotivasi memanen pepaya yang bagus,
dipilihlah pepaya jenis california yang ditanam di lahan seluas 1,7
hektar.
Rupanya, keputusan menanam pepaya jenis california tidak
semudah cerita orang. Saat menebar benih pertama kali, tidak ada satu
pun pepaya-nya tumbuh. Namun dirinya pun tidak menyerah begitu saja. Dia
mencoba lagi. Dari 300 benih yang ditabur, baru tumbuh sekitar 180
pohon pepaya.
Saat pepaya berumur 6 bulan, barulah mengeluarkan bunga dan setelah 8
bulan pepaya tersebut sudah bisa dipetik. Hasil dari sekali panen bisa
menghasilkan 2 kwintal pepaya, dengan per kwintal dijual Rp 350 ribu.
"Dalam 1 bulan bisa meraup omzet sekitar Rp 5,6 juta. Untuk 1 tahunnya minimal ada uang masuk sekitar Rp 60 juta. Saya pun bisa menyekolahkan anak-anak hingga ke perguruan tinggi," ujarnya.
Ia juga tidak perlu susah-susah untuk menjual ke pasar, karena sudah ada beberapa pembeli yang datang ke perkebunannya.
Keberhasilannya ini diharapkan mendapat perhatian dari Pemkab Sidoarjo. Sebab selama ini tidak ada petani yang mendapat sosialisasi dari pemerintah tentang cara bercocok tanam yang baik.
"Selama ini saya belum pernah mendapat bimbingan dari instansi terkait soal cocok tanam yang baik dan menghasilkan buah yang banyak. Apalagi saat kemarau seperti ini pasti kesulitan air. Saya mohon pemerintah untuk membantu mencari jalan keluar para petani," pungkasnya.
"Dalam 1 bulan bisa meraup omzet sekitar Rp 5,6 juta. Untuk 1 tahunnya minimal ada uang masuk sekitar Rp 60 juta. Saya pun bisa menyekolahkan anak-anak hingga ke perguruan tinggi," ujarnya.
Ia juga tidak perlu susah-susah untuk menjual ke pasar, karena sudah ada beberapa pembeli yang datang ke perkebunannya.
Keberhasilannya ini diharapkan mendapat perhatian dari Pemkab Sidoarjo. Sebab selama ini tidak ada petani yang mendapat sosialisasi dari pemerintah tentang cara bercocok tanam yang baik.
"Selama ini saya belum pernah mendapat bimbingan dari instansi terkait soal cocok tanam yang baik dan menghasilkan buah yang banyak. Apalagi saat kemarau seperti ini pasti kesulitan air. Saya mohon pemerintah untuk membantu mencari jalan keluar para petani," pungkasnya.
(Sumber: detik.com)